KUNCI MUDAH MENULIS; JALANI, NIKMATI, DAN SYUKURI
Tema : MENULIS ITU MUDAH
Resume ke : 10
Gelombang : 23 & 24
Hari/Tanggal : Senin, 7 Februari 2022
Pukul : 19.00-21.00 WIB
Narasumber : Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I.
Moderator : Raliyanti, S.Pd.
Aku sangat antusias menyimak KulWA malam ini karena flyer yang dibagikan oleh Bu Raliyanti tadi sore. Di pertemuan putaran ke 9 kemarin kita sudah mempelajari bagaimana menjaga komitmen dan motivasi menulis melalui sarana blog (ngeblog). Ilmu kanuragan yang disalurkan masternya mentor blogger, Bpk. Drs. Dedi Dwitagama, M.Si. minggu lalu sudah kita serap bersama. Kini kita meguru jurus-jurus maut dan kunci menulis dari salah seorang Guru Besar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, yaitu Prof. Ngainun Naim. Pada pertemuan ke-10 ini, narasumber hebat dan luar biasa mengupas materi tentang "MENULIS ITU MUDAH."
Sekitar pukul 19.00 Kelas BM 23-24 dimulai. Setelah aku mengisi link presensi yang dibagikan Bu Raliyanti, pemandu jalannya acara ini, aku hanya terbengong-bengong. Kurasakan sepertinya virus WB telah menyerangku. Keletihan hari ini nampaknya membuat aku lamban dalam menulis. Disebabkan berbagai faktor. Mulai hari Senin ini, sekolahku menerapkan kebijakan pengaturan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas 50% full secara 2 shift (Pagi dan Siang) untuk kali pertama.
Seminggu sebelumnya, di tengah merebaknya virus Omicron dan penambahan kasus Covid-19, Sekolahku mengadakan PTMT 50% offline dan 50% online (PJJ). Kebijakan ini hanya dilaksanakan selama 1 minggu saja seiring ditemukannya kasus Covid-19 cluster sekolah di Bantul. Kebijakan PTMT di sekolahku full sebelumnya dilaksanakan 100%. Seluruh guru dan peserta didik hadir secara offine ke sekolah dan mengikuti PBM sekitar 4,5 jam. Mulai jam 06.55-11.35 WIB untuk 8 jam pelajaran. 1 JP masing-masing berdurasi 25 menit. Namun, kini PTMT harus dilaksanakan waktu pagi dan sore. PBM dilakukan dari jam 07.55-09.50 WIB untuk shift pagi. Pengaturan durasi waktunya kian berkurang, yakni 20 menit per JP. Dilanjutkan untuk kelas XII mengikuti kegiatan Pendalaman Materi (PMA) serta kelas X dan XI mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) secara daring hingga pukul 11.35 WIB. Selepas salat Zhuhur, shift sore dimulai pukul 12.30-15.50 WIB. Aku merasakan kerepotan yang sangat.
Sepulang sekolah, aku harus mengoordinir kegiatan Taman Pendidikan Alquran (TPA) di masjid kampungku yang dimulai pukul 16.00-17.30 WIB. TPA untuk anak-anak usia PAUD hingga SD di kampungku ini baru diselenggarakan sekali. Dimulai pada Jum'at kemarin dan sore ini adalah pertemuan kedua. Bisa dibayangkan betapa repotnya mengelola TPQ yang baru didirikan. Alhamdulillah ada sebanyak 25 santri usia 2,5 tahun hinga 11,5 tahun yang mengikutinya dengan aktif. Bagiku momen tersebut merupakan suatu anugrah yang tiada terkira. Karena sejak aku berdomisili di kampung ini tahun 2014 lalu, TPA di masjidku itu baru digiatkan kembali dan sudah lama dinanti dan diimpikan.
Sambil mengikuti Kelas BM malam ini, ada alumni Rohis yang menanyakan teknis pelaksanaan kegiatan Ekskul BTAQ esok hari. Pada jadwal ekskul di sekolahku tertulis BTAQ dilaksanakan setiap hari Selasa. Besok adalah mula pertama BTAQ diselenggarakan lagi selepas jeda semester ganjil. Pengaturannya kian ribet karena banyak mentor dari pengurus dan anggota Rohis yang berbarengan mengikuti ekskul lainnya. Sehingga perlu tenaga ekstra untuk menyetel ulang jadwal pembimbingan. Hingga, aku pun belum juga bisa membuat resume secepat teman-teman. Setelah KuWA selesai pukul 21.07 WIB, terihat banyak peserta yang sudah me-list di WAG. Pak Sahril tercatat sebagai the F1 (peresume tercepat) malam ini, disusul bu Mutmainnah dan yang lainnya. Sekitar pukul 22.00 an aku terlelap tidur.
Setelah membuka acara, bu Yanti selaku moderator membagikan CV narasumber. Berikut ini riwayat hidup singkat dari Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I. Beliau lahir di Tulungagung pada 19 Juli 1975. Pekerjaan sehari-hari sebagai Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Pendidikan dasar diselesaikan oleh Ngainun Naim di SDN Sambidoplang Sumbergempol Tulungagung (1988), kemudian melanjutkan ke MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung (1991), lalu melanjutkan ke MAN Denanyar Jombang yang ada di PP Mamba’ul Ma’arif (1994). Tahun 1994-1996 melanjutkan studi S-1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karena satu dan lain hal, jenjang S-1 diselesaikan di STAIN Tulungagung (1998). Tahun 2000 melanjutkan jenjang magister di Universitas Islam Malang yang diselesaikan pada tahun 2002. Mulai tahun 2007 kuliah S-3 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang diselesaikan pada tahun 2011.
Soal teknik dan praktik kepenulisan serta karya tulis Prof. Naim tidak perlu dipertanyakan lagi. Kapasitas beliau sebagai Guru Besar menahbiskannya. Ada satu tulisan menarik tentang profil beliau oleh Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang dipublikasikan di situs khittah.co. Menurut kesan beliau, Prof. Naim adalah Sosok "Guru Pencari dan Pembagi Ilmu".
MasyaAllah, yang luar biasa adalah baru-baru ini Ngainun Naim memperoleh gelar kehormatan sebagai Guru Besar UIN Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung. Beliau menerima kado yang sangat indah dan istimewa itu di awal tahun tahun 2022. Sebagaimana dilansir situs resmi kemenag.go.id, pada HAB Kemenag tanggal 3 Januari 2022 bersama 15 orang lainnya, beliau ditetapkan sebagai Guru Besar rumpun ilmu Agama oleh Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas. Ini merupakan penobatan yang pertama kali dilakukan oleh Kemenag, karena biasanya penetapan gelar Profesor dilakukan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristekdikti).
Di awal uraian Prof. Naim di Kelas BM 23-24, beliau mengatakan, "Materi ini kebetulan sama dengan buku yang saya tulis awal tahun 2021. Benarkah menulis itu mudah? Jawabnya relatif. Bisa saja menulis itu mudah, sulit, atau kadang mudah dan kadang sulit." Lantas, beliau memposting cover buku "Menulis Itu Mudah; 40 Jurus Jitu Mewujudkan Karya" yang diterbitkan di Kamila Press (2020), penerbitan miliknya pak Cak Inin (pak Mukminin).
6 KUNCI MUDAH DALAM MENULIS
Salah satu cara membangun budaya literasi adalah lewat menulis. Melalui aktivitas menulis, kemampuan seseorang akan terlihat sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir (Kata bu Kanjeng). Pun, budaya menulis harus dijadikan sebagai passion bila benar-benar ingin menjadi penulis. Meskipun banyak orang mengatakan menulis itu tidak mudah dilakukan. Namun passion ini harus selalu digelorakan dan dibarengi dengan niat, komitmen, dan konsistensi untuk membiasakan diri bertumbuh dan menyebarkan informasi atau pengetahuan yang dimiliki melalui tulisan kita.
Prof Ngainun Naim telah menguraikan jurus jitu dalam buku Menulis Itu Mudah. Disarankan dan sangat recommended bagi para penulis pemula yang ingin berkarya lewat tulisan untuk memiliki dan membaca buku setebal 116 halaman ini. Dengan gaya khasnya, Prof. Naim menyajikan 40 jurus jitu atau kunci mewujudkan karya. Sangat disarankan Di kesempatan ini, beliau menjelaskan 6 kunci menulis mudah dalam makna yang sebenarnya. Berikut ini ulasannya:
- UBAH POLA PIKIR. Kesan umum di masyarakat adalah MENULIS ITU SULIT. Ini tidak hanya kesan tetapi juga menjadi PENGETAHUAN, bahkan kemudian menjadi KESADARAN. Terlihat sederhana tetapi dampaknya sungguh luar biasa. Menulis pada akhirnya betul-betul menjadi sulit. Jurus pertama yang mesti dilakukan adalah MERUBAH POLA PIKIR. Bangun pemahaman, keyakinan, dan kesadaran bahwa MENULIS ITU MUDAH. Tanamkan dalam diri. Tanamkan terus sekuat-kuatnya. Saat menghadapi kesulitan menuangkan ide dalam kalimat, yakinkan diri sendiri bahwa menulis itu mudah. Begitu seterusnya. Nanti tulisan akan mampu bisa kita selesaikan. Kita tidak mudah putus asa.
- BERLATIH MENULIS. Teori menulis itu penting tapi jika hanya belajar teori, seumur hidup kita tidak pernah akan bisa menulis. Banyak sekali penulis yang justru sekolahnya tidak ada hubungannya dengan dunia menulis. Mereka bisa menjadi penulis karena menulis secara disiplin setiap hari. Dalam buku Menulis Itu Mudah (2021: 5), Jurus ke-2 adalah Menulislah Secara Ngemil. Jurus menulis secara ngemil cukup efektif dalam menghasilkan karya sepanjang dilakukan secara konsisten. Ini jurus yang cukup ampuh. Tentu saja jurus ini harus Anda tindaklanjuti dengan menulis, bukan sekadar dirapal dan dihapalkan secara lisan. Ya, bila ingin menjadi penulis yang sukses maka HUKUMNYA WAJIB MENULIS SETIAP HARI, walaupun itu hanya satu paragraf. Jika satu hari saja tidak menulis, biasanya esoknya akan enteng untuk tidak menulis. Tidak ada rumus instan dalam menulis. Menulis itu butuh proses dengan terus berlatih setiap hari.
- BANYAK MEMBACA (Jurus 6 & 7, hlm. 16-21). Menulis itu ibaratnya mengeluarkan TABUNGAN BACAAN yang ada di otak kita. Jika tidak pernah membaca terus apa yang akan dikeluarkan? Maka jika ingin menjadi penulis yang produktif kita wajib memiliki budaya membaca. Bacalah sedikit demi sedikit. Bisa satu dua halaman dulu. Berhenti. Renungkan. Jika ada yang penting, dicatat. Nikmati prosesnya. Prinsip dalam membaca: UTAMAKAN PAHAM, BUKAN KATAM.
- MELUANGKAN WAKTU (Jurus 21, hlm. 58). Memulai untuk menulis dirasakan sebagian besar orang sangat berat. Biasanya, dipaksa menjadi kunci untuk memulai. Setelah terbiasa maka tidak ada lagi rasa terpaksa. Luangkan waktu, bukan menunggu waktu luang. Jika sangat sibuk, menulis sehari lima paragraf itu sudah cukup. Jika dilakukan secara konsisten, kita akan memiliki tulisan yang berlimpah. Kuncinya ada di MANAJEMEN WAKTU. Jangan MENUNGGU WAKTU LUANG tapi mari LUANGKAN WAKTU untuk menulis. Jika setiap hari kita bisa meluangkan waktu setengah sampai satu jam untuk membaca dan menulis, hasilnya sangat luar biasa.
- AMATI, DENGARKAN, CATAT, DAN OLAH MENJADI TULISAN (Jurus 22, hlm. 59-61). Misalnya saat melakukan perjalanan, catat apa saja yang menarik (Simak selengkapnya di Jurus 5 (hlm. 13-15) dan Jurus 17 Menjadikan Webinar Sebagai Tulisan (49051). Berikut ini contoh tulisan tentang perjalanan: https://www.spirit-literasi.id/2019/03/ternate-landmark-di-suatu-senja.html. Pada saat mengikuti webinar, kursus online dan kegiatan lainnya juga juga dapat dijadikan bahan tulisan. Simak paparan narasumber dan catat poin-poinnya. Segera tuangkan dalam bentuk tulisan di komputer atau laptop. Bisa melalui media semisal blog. Ragam bentuknya terserah yang kita inginkan. Bisa berupa cerpen, reportase, feature maupun artikel. Bisa juga dalam bentuk rangkuman. Intinya adalah mencatat dan kemudian mengolahnya menjadi tulisan yang enak dibaca.
- BELAJAR MENULIS KEPADA PARA PENULIS (Jurus 9, hlm. 27-28). Belajar bisa dilakukan secara langsung atau melalui membaca karya-karya penulis. Lewat cara semacam ini diharapkan inspirasi, ilmu, dan spirit kepenulisan bisa tumbuh dalam diri. Di dalam Grup WA Kelas BM ini menjadi media belajar. Rajin berkunjung di blog peserta (Blog Walking), baca, dan komentari tulisan yang diposting (Jurus ke 18, hlm. 52-53). Itu merupakan cara belajar yang efektif.
Siapa pun berhak untuk menulis. Dan, menulis adalah soal kemauan dan kemampuan. Menurut Prof. Naim di channel Kampus Desa Indonesia, ada 3 prinsip dalam menulis, yaitu Jalani, Nikmati dan Syukuri (Jurus ke 25, hlm. 67-69).
Menulis itu dunia praktik. Teori menulis memang penting, tetapi praktiklah yang menentukan sukses tidaknya kita dalam menulis. Jika ingin bisa menulis maka praktiklah menulis. Jadi, yang terpenting kemauan untuk mempraktikkan kegiatan menulis dan menghasilkan tulisan secara kontinu. Teori dan teknik menulis dapat dipelajari dan diasah seiring berjalannya waktu. Sepanjang kita tidak pernah menulis maka kita tidak akan pernah menjadi penulis. Sampai kapan? Sampai kita mau menulis.
Para penulis hebat dan terkenal itu menulis dengan sepenuh jiwa. Mereka menikmati proses menulis. Jika tidak menikmatinya, tidak akan mungkin mereka mau menulis. Menulis dalam tekanan tidak akan pernah menghasilkan karya yang bermutu. Setelah menjalani proses menulis, aspek yang penting adalah menikmati proses menulis itu sendiri.
Tidak semua orang bisa menulis. Banyak yang memiliki modal untuk menulis tetapi tidak juga menulis. Mereka mampu tetapi tidak mau. Ada yang mau tetapi tidak mampu. Idealnya adalah adanya perpaduan antara mau dan mampu. Jika ini terwujud maka proses menulis berjalan lancar. Pada saat itulah apa pun dinamika dan perkembangannya, kita harus bersyukur. Bagi penulis, salah satu cara bersyukur adalah dengan menulis.
"Menulis itu harus ada yang ditulis. Tanpa kekayaan bacaan, pengalaman, dan renungan maka tulisan yang kita buat akan sulit terwujud. Jika pun mampu membuat kalimat, biasanya kurang indah, sulit dipahami, dan membosankan (Prof. Ngainun Naim "Menulis Itu Mudah" (2021: 54-55)
Idealitas semacam ini membuat kita sebagai penulis makin terobsesi. Menceburkan diri dalam kawah Candradimuka Kelas BM ini merupakan proses yang harus dijalani. Dalam mengikuti kelas ini, semua peserta diminta dan dibuat membuat resume dari setiap sesi yang diselenggarakan. Kemudian mempostingnya di blog masing-masing. Di sinilah pentingnya kita mempraktikkan latihan membuat resume. Buat resume sebaik-baiknya dan semenarik mungkin. Meskipun konsekuensinya telat mengumpulkan resume. Sebab harapannya nanti bisa diterbitkan menjadi buku antologi solo. Perihal teknis, selera, dan bentuk pilihan pemaparan resume memang kembali pada masing-masing peserta dan bergantung pada kreatifitas. Jalani semua proses ini dengan riang dan tidak perlu mengeluh. Apalagi, terpengaruh dengan dunia luar yang justru mengganggu konsentrasi. "Setialah pada proses, sebab keajaiban akan ditemukan pada orang yang menjalani proses - Pendapat seorang ahli (yang dikutip Prof. Ngainun Naim, 2021: 69).
Curhatan dibalut dengan pengetahuan2 baru sungguh aduhai. Selamat Pak guru
BalasHapusTerima kasih kak.. Sekedar mendokumentasikan peristiwa dalam tulisan sederhana
HapusPenuh reverwnsi literatur kalo buku solo pasti daftar pustaka nya sesuai syarat ketentuan tesis dan disertasi .
BalasHapusMembuka judulnya sudah beda. 👍 Keren pak Aam
Terima kasih mbak Ovi...tadinya saya ingin membuat resume berbentuk resensi buku karya Prof Naim "Menulis Itu Mudah"
HapusMampir blog saya ya pak mohon pencerahan
BalasHapusSiaap....sudah kak
HapusKeren pak guru 🎖️🎖️
BalasHapusTerima kasih pak Zaky...masih terus belajar
HapusKeren sekali Pak, jadi pengen liat outline yang dibuat sebelum tersusun resume se ciamik gini. Diksinya penuh daya, penulisan ejaanpun terasa penuh kehati-hatian...salutku padamu,Pak.
BalasHapusTerima kasih bu Susi...masih terus belajar nulis. Semangatt!!
HapusSetuju sekali dengan Bunda Susi
BalasHapusTerima kasih bu Fia
HapusResume sangat bagus. Inspiratif
BalasHapusTerima kasih atas motivasinya, Prof.. Maturnuwun sanget sudah berkunjung. Mohon saran dan kritiknya
Hapusluar biasa pak
BalasHapusTerima kasih bu Isti...masih terus belajar nulis
HapusSpesifik
BalasHapusTerima kasih
HapusUlasan yang begitu menarik Pak. Benar, Prof. Naim energinya begitu terasa, berkat tangan dingin beliau saya sudah berhasil mengolah tulisan di blog menjadi dua buku. Selain itu berhasil pula memprovokasi teman-teman untuk menulis antologi. Intinya menulis itu asyik, asyik, uaaasyiikk. Salam kenal dari pena-dia.blogspot.com
BalasHapusSiap, betul sekali pak Kamim.. Salam kenal juga, terima kasih
HapusSubhanallah sangat peka dengan sikon. Jazakallah semangat di TPA yaa
BalasHapusSubhanallah keren.. Peka terhadap segala sikon. Sukses di TPA yaa Jazakillah
BalasHapusTerima kasih. Mohon do'anya bu Vitriah..semoga anak-anak generasi Z (bahkan setelahnya) masa kini terbiasa ngaji dan menjadi pecinta Alquran. Aamiien YRA
HapusMantap jiwa. Di libas abis resume nya pak.. Oke banget pak
BalasHapusTerima kasih kak.. Mari terus bersemangat dalam berliterasi
Hapus