SHOW YOUR TALENT DENGAN MENULIS FIKSI
Judul : SHOW YOUR TALENT DENGAN MENULIS FIKSI
Tema : KIAT MENULIS CERITA FIKSI
Resume ke : 11
Gelombang : 23 &
24
Hari/Tanggal : Jum'at, 28 Januari 2022
Pukul
: 19.00-21.30 WIB
Narasumber : SUDOMO, S.Pt. (PAK MOMO DM.)
Moderator :
Helwiyah
Banyaknya nikmat dan anugrah acapkali melenakan
Kesempatan di depan mata justru
seringkali terlewatkan
Tumbuhkan semangat dan kemauan meraih
setiap peluang
Bagi setiap insan peduli keberlangsungan
peradaban
Mari kembangkan kemampuan diri berliterasi
Ikuti Belajar Menulis PGRI dengan
sepenuh jiwa
Wadah menuangkan gagasan para
pecinta aksara
Berimajinasi dan berkarya bagi pendidik merdeka
Memaknai setiap jengkal peristiwa membuka wacana
Berlatih prosa menciptakan kisah dan cerita
Mahkota penulis bukan lagi suatu hal palsu
Tetapkan komitmen tuk wujudkan tulisan bermutu
Kelas BM Gel 23-24 malam ini kian meningkatkan passion menulis. Tak terasa sudah putaran ke 11. Setelah memandu doa sebelum acara dimulai, Bu Helwiyah selaku moderator menyampaikan tema KulWA kali ini, yaitu Kiat Menulis Cerita Fiksi. Beliau amat lihai mengondisikan suasana dan menggugah peserta dengan ungkapan pembakar jiwa. Tak bosan bu Helwi mengingatkan seluruh peserta untuk mengisi form presensi. Pelatihan ini harus diikuti dengan tertib. Semuanya terlihat penuh konsentrasi dan full energi bersiap menerima kucuran deras ilmu dari mentor penulis fiksi.
Sosok narasumber hebat dan luar biasa di pertemuan kali ini adalah Bapak Sudomo, S.Pt. "..Beliau adalah seorang sarjana peternakan yang mumpuni di bidang literasi. Bagi teman-teman yang tertarik di bidang fiksi, bisa belajar dengan beliau melalui tulisan dan buku buku yang sudah diterbitkan," terang Bu Helwi mengenalkan profil dan membagikan biodata narasumber.
Ketika membaca profil Pak Momo atau Mazmo, sapaan beliau, aku sungguh berdecak kagum. Mazmo yang lahir di Sukoharjo, 46 tahun lalu ini adalah seorang guru IPA di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Nama penanya Momo DM. Memiliki latar pendidikan S1 Peternakan. Beliau penulis 10 buku solo ini pernah menjadi Juara I Lomba Blog Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (2021). Wooww..Mantab jiwa, sob!! Hmmm, ternyata kompetensi menulis fiksi itu tak hanya didominasi alumni dari jurusan sosial. Tidak terikat pada latar belakang pendidikan seseorang. Yuk, kita tilik CV dan kiprah Mazmo sepuasnya di kedua blognya ini: http://www.bianglalakata.wordpress.com dan www.eigendomo.com.
Apakah sobat tau ragam menulis cerita fiksi? Bagaimana kiat membuat karya fiksi? Tulisan fiksi kontemporer (pascamodern) dapat pula diistilahkan karangan Faksi. Duh, apalagi ini maksudnya.
Bagiku, ragam menulis fiksi bukan menjadi passion-ku. Aku tidak pandai mengarang. Dan seingatku hanya sesekali aku 'mencoba' membuat tulisan fiksi. Sekalipun demikian, aku pernah membantu guru koordinator dari beberapa sekolah yang mengikuti program pengembangan literasi "Gerakan Sekolah Menulis Buku" (GSMB) yang diselenggarakan PT. Nyalanesia Surakarta. Aku berperan sebagai kurator banyak naskah cerpen dan puisi karya siswa. Hingga kini, aku tergabung dalam komunitas guru penyala literasi se-Nusantara, yang disebut "Sosialisator Program LiterasI Nasional (SPLN)" sejak tahun 2019. Boleh dikata ini menjadi side-job di sela-sela kesibukan mengajar. Dan, aku sangat menikmati bila membaca novel atau cerita pendek. Terutama karya Novelis Besar Andera Hirata dan Tere Liye, atau penulis lokal kini sudah menasional seperti Muhidin M. Dahlan. Alhamdulillah, aku pribadi sangat beryukur dapat tambahan nutrisi dan berkesempatan menimba curahan ilmu dari pak Momo malam ini.
APA ITU CERITA FIKSI?
Sebelum membahas tentang menulis cerita fiksi, kita perlu menelisik seperti apakah ragam kategori kepenulisan. Hal ini supaya kita dapat memahami tulisan yang akan kita buat menggunakan model yang mana.
Dilansir id.wikihow.com, fiksi dan nonfiksi adalah dua jenis utama dalam penulisan prosa. Karangan bergenre fiksi adalah pembuatan cerita dari imajinasi pengarang, meski dalam karya tersebut mungkin ada referensi terhadap kejadian atau orang-orang sungguhan. Cerita fiksi bukan cerita yang benar-benar terjadi walau mungkin mengandung beberapa elemen fakta di dalamnya.
Menurut Wikipedia, fiksi adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi —dengan kata lain, tidak secara ketat berdasarkan sejarah atau fakta. Penulisan fiksi adalah susunan teks prosa non faktual. Tulisan fiksi seringkali diproduksi sebagai cerita yang dimaksudkan untuk menghibur atau menyampaikan sudut pandang pengarang. Hasil dari ini bisa berupa cerita pendek, novel, skenario, atau drama, yang semuanya merupakan jenis gaya penulisan fiksi.
Karya fiksi merupakan hasil dari imajinasi kreatif. Jadi kecocokannya dengan dunia nyata biasanya diasumsikan oleh audiensnya. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata bisa saja terjadi di dunia fiksi. Dengan demikian, fiksi umumnya tidak diharapkan untuk hanya menampilkan tokoh yang merupakan orang nyata atau deskripsi yang akurat secara faktual.
Menurut Pak Cahyadi Takariawan (Pak Cak), jenis nonfiksi adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta yang ilmiah atau benar-benar terjadi. Data dan fakta dalam tulisan nonfiksi dipaparkan dengan akademis tanpa rekayasa atau dibumbui imajinasi penulis. Dalam menulis nonfiksi, bisa ditambahkan analisa atau opini dari penulis atas data dan fakta tersebut. Namun, benar-benar mengacu kepada data dan fakta yang valid, bukan hasil khayalan atau imajinasi. Inilah perbedaan mendasar antara fiksi dan nonfiksi.
Termasuk dalam kategori nonfiksi adalah berita atau news, artikel, feature, opini, esai, tajuk rencana, resensi, reportase, biografi, otobiografi dan karya tulis ilmiah baik ilmiah murni maupun imiah populer. Penulis harus dapat mempertanggungjawabkan hal yang dipaparkannya dalam tulisan jenis nonfiksi secara akademis. Data dan fakta bisa dikomparasi, ditambah dengan analisa atau opini, menghasilkan suatu rekomendasi atau refleksi. Penulis tidak boleh mengarang data, atau mengarang fakta, untuk menjadi analisa dalam jenis tulisan nonfiksi.
Jenis ketiga dalam dunia tulis menulis
adalah faksi. Faksi ---gabungan dari fakta dan fiksi--- memadukan dua jenis
karya tulis, antara fiksi dan nonfiksi. Menulis faksi, artinya membuat cerita
fiksi berdasarkan kisah nyata, atau membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi.
Biasanya diberikan keterangan “based on true story”, atau berdasarkan kisah
nyata. Dalam bentuk faksi ini, penulis bebas menambahkan “bumbu-bumbu
penyedap”, dari suatu kejadian atau fakta yang benar-benar terjadi, gunanya
agar cerita semakin enak dan menarik untuk dibaca, apalagi ketika dibuat
menjadi film layar lebar.
Pak Domo adalah alumnus kelas BM yang berdasarkan penuturannya, merupakan orang yang pertama kali menulis resume dalam bentuk fiksi. Sobat semua bisa menyimak contoh tulisan model cerpen dari pak Mazmo saat mengikuti kelas BM berikut ini dengan judul: "Pahlawan Literasi: Harapan Besar dari Hal Kecil".
Namun setahun terakhir ini Mazmo cukup lama tidak menulis fiksi karena terbentur kesibukan. Beliau terlibat aktif sebagai peserta Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 tahun lalu. Menulis di blog pun lebih banyak tentang guru penggerak. Terlebih saat ini dipercaya menjadi Ketua Komunitas Guru Penggerak Kabupaten Lombok Barat, aktivitas menulis berubah menjadi seputar kiprah komunitas.
Pak Momo mengungkapkan keharusan mengapa perlu mempelajari jenis cerita fiksi. Pertama, salah satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah Literasi Teks Fiksi. Dengan belajar menulis fiksi, tentu seorang guru akan lebih mudah membuat soal latihan AKM bagi murid-muridnya. Kedua, menulis fiksi merupakan cara asyik untuk menyembunyikan dan menyembuhkan luka. Dengan menulis fiksi, seorang guru bisa menyuarakan isi hatinya melalui tokoh-tokoh yang diciptakannya. Ketiga, cerita fiksi merupakan media pembelajaran alternatif yang menyenangkan bagi murid terutama menyangkut pengembangan karakter dan materi pengayaan. Keempat, menulis fiksi bisa menjadi tambahan poin dan koin, terutama jika dikumpulkan menjadi sebuah buku.
- Komitmen dan niat kuat untuk belajar menulis fiksi, baik melalui postingan blog atau kompetisi. niat untuk memulai dan menyelesaikan cerita fiksi. Permasalahan yang dihadapi oleh penulis adalah mengalami kebuntuan ide menyelesaikan tulisan fiksi.
- Kemauan dan kemampuan melakukan riset. Dalam cerita fiksi ada riset yang bertujuan agar tulisan menjadi lebih nyata. Misalnya, menyangkut latar tempat. Riset bisa dilakukan melalui literatur terkait atau wawancara. Tujuannya agar apa yang kita tulis itu sesuai, terutama menyangkut kedaerahan. Khusus dalam menulis cerita rakyat, bisa saja langsung berkreasi dengan ide pokok. Tenang saja meskipun sudah banyak ditulis, tetapi setiap penulis memiliki gaya khasnya. Selain itu, cerita rakyat belum tentu kebenarannya. Penulis pun bisa melakukan dekonstruksi.
- Banyak membaca cerita fiksi karya penulis lain. Hal ini akan memperkaya kosa kata dan juga menemukan gaya menulis. Misalnya dengan memperbanyak membaca cerita fiksi karya orang lain untuk menambah referensi berupa ide/gagasan/tema, teknik menulis, pemilihan kata, dan gaya penulisan. Ketika menemukan kosakata baru, tandai kata-kata tersebut dan langsung mencari artinya di KBBI. Ini terbukti efektif untuk memperbanyak perbendaharaan kosakata agar menulis fiksi tidak jadi terasa garing.
- Mempelajari KBBI dan PUEBI agar cerita yang ditulis sesuai kaidah kebahasaan dan mempersiapkan dan menyusun outline/kerangka karangan.
- Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi. Terkait ide dan genre. Catat segera ide cerita yang terlintas di kepala agar ide tidak hilang begitu saja. Pilih genre yang disukai dan kuasai. Dalam penulisan novel jika berdasarkan kehidupan nyata perlu meminta izin kepada tokoh atau keluarga yang dijadikan isi. Hal ini selain terkait etika juga menyangkut royalti jika dikomersialkan. Namun, hal ini tidak mutlak. Bisa saja tanpa izin menggunakan nama jika memang murni cerita fiksi berdasarkan imajinasi. Jadi, cukup sekadar permakluman saja.
Ada banyak unsur yang harus dipenuhi untuk membangun Cerita Fiksi, yaitu:
- Tema yang merupakan ide pokok cerita. Kiat menemukan tema adalah yang paling dekat dengan kita. Bisa saja keluarga atau sekolah. Selain itu, pilih tema yang paling disukai dan kuasai. Hal ini akan memudahkan dalam menyelesaikan cerita.
- Premis yang merupakan ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur-unsurnya terdiri dari karakter, tujuan tokoh, halangan/rintangan, dan resolusi. Contoh: Seorang penyihir muda berjuang melawan penyihir jahat yang akan menguasai dunia. Contoh tersebut adalah premis dari novel Harry Potter.
- Alur/plot yang merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita. Terdiri dari pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik/klimaks, dan ending.
- Penokohan yang merupakan penjelasan selangkah demi selangkah detail karakter dalam cerita. Bisa digambarkan secara langsung, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain.
- Latar/setting yang merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana.
- Sudut pandang yang merupakan cara penulis menempatkan diri. Penggunaan sudut pandang dalam menulis cerita fiksi harus konsisten.
Kiat Menyusun Outline/Kerangka Fiksi
- Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi
- Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita
- Membuat premis sesuai tema
- Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya
- Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik
- Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail
- Memilih sudut pandang penceritaan yang unik
Mulailah Menulis Cerita Fiksi
Praktik menulis menjadi hal yang teramat krusial dalam proses becoming a writer. Apalagi menulis cerita atau karya fiksi. Hal ini terutama membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Mazmo mengungkapkan trik yang dapat dipakai dalam memulai/membuka cerita melalui dialog, kutipan, kata unik, konflik. Tujuannya agar cerita menarik pembaca dengan baik. Lalu berusaha mendeskripsikan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca. Baru kemudian menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh. Tentunya harus berpegang pada pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi. Kita dapat memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas dan memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi). Dan yang terakhir, membuat ending yang baik.
Sesudah tulisan atau karangan fiksi dibuat maka perlu dilakukan swasunting. Menyunting atau mereview tulisan bisa dengan membaca ulang tulisan yang selesai dibuat. Jangan menulis sambil mengedit. Fokuskan penyuntingan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan, dan logika cerita. Usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyunting tulisan sendiri. Jangan lupa menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Dalam penggambaran karakter dalam cerita dapat dilakukan melalui show don't tell. Teknik melatihnya dengan terus mencoba menuliskannya. Kita harus memahami teknik ini terlebih dahulu. Tipsnya, yaitu membuat outline/kerangka cerita dengan detail. Cara menghidupkan tokoh bisa dilakukan dengan cara mengembangkan karakter tokoh. Maksudnya saat tokoh sedang sedih, jangan hanya menuliskan "Wati sedang sedih", tetapi tuliskan gambaran kesedihan yang dirasakan oleh Wati. Dengan teknik ini kita akan membangun suasana sedih tokoh tanpa harus menuliskan kata sedih.
Berikut ini contoh Teknik Tell (menunjukkan peristiwa atau kejadian secara langsung):
Wati sangat sedih melihat jenazah ibunya.
Bandingkan dengan Teknik Show (menggambarkan suasana batin suatu peristiwa) ini:
Dadanya terasa sesak, napas terasa tersekat di tenggorokan, terdengar isakan dibarengi dengan derai air mata yang tak kunjung usai sembari menatap tubuh wanita yang melahirkannya terbujur kaku di ranjang.
Kisah nyata sangat bisa dijadikan cerita fiksi. Istilah kerennya based on true story. Ini akan membuat cerita fiksi lebih dekat dengan pembacanya. Sedangkan cara memanjangkan cerita fiksi salah satunya adalah menggunakan teknik show don't tell seperti contoh di atas.
Untuk jenis novel panjang, tentu harus disiapkan outline/kerangka dengan beberapa konflik yang baik. Membuat cerita hidup bisa dengan cara menguatkan karakter tokoh dan membangun suasana yang baik. Karya fiksi yang baik adalah yang di akhir ceritanya (ending) sudah menjawab konflik cerita. Dapat juga menggunakan akhir yang menggantung agar disukai pembaca atau disebut plot twist.
Selamat kawan tokoh literasi nasional Nyalanesia. Keren pengalamannya di bidang literasi dan sangat sebanding dengan resume-resume yang dihasilkan. Asyik, mengalir, dan enak dibaca. Selamat, kawan!
BalasHapusWhahduh, sepertinya berlebihan itu bu..
HapusTp terima kasih atas apresiasinya.. Sukses selalu. Aamien
Selalu disambut dengan judul tulisan yg berbeda, diisi dengan tulisan dengan menyuguhkan wahana cakrawala Kalo saya butuh tambahan gagasan dan sumber lain, tinggal tengok link blog pak Amali saja
BalasHapus👍
Sipa kak..
HapusThank's apresiasinya, masih berusaha memutukan tulisan hehe
Spesifik
BalasHapusMakasih bu.. Salam Literasi.
HapusInformatif sekali👍
BalasHapusTrim's bu Rini..
HapusMari sebarkan informasi positif tuk menangkal hoax
Waw...waw..keren sekali tulisannya, bertabur informasi, bahasanya lembut mengalir, diksi dan tipografinya rapi...salut padamu,Pak.
BalasHapusTerima kasih bu Susi, mari terus belajar agar jadi pembelajar sepanjang hayat.
Hapus