RAHASIA PRODUKTIF MENULIS DI TENGAH KETERBATASAN


Judul               : RAHASIA PRODUKTIF MENULIS DI TENGAH KETERBATASAN

Tema               : MENULIS DI KALA SAKIT

Resume ke      : 22

Gelombang     : 24

Hari/Tanggal : Senin, 7 Maret 2022

Pukul               : 19.00-21.30 WIB

Narasumber  : SUHARTO, S.Ag., M.Pd. (Cing Ato)

Moderator      : Dail Ma'ruf, M.Pd.

"Kesuksesan bukan milik orang yang sehat saja, tetapi kesuksesan kepunyaan orang yang mau berusaha" (Suharto, M.Pd. - Cing Ato)

   Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. InsyaAllah akan terwujud apa yang kita cita-citakan. Jika pekerjaan mudah dilakukan oleh orang banyak, pasti kita juga bisa melakukannya. Dalam kondisi keterbatasan yang dialaminya, Bapak Suharto, S.Ag., M.Pd. tetap produktif dan tiada henti menulis. Baginya MENULIS DI KALA SAKIT, yang menjadi tema Kelas BM di etape ke-22 malam ini, merupakan self healing therapy dan mendatangkan hikmah yang tak terperi.

    Campur aduk rasanya dan yang pasti terharu ketika Mr. Dail Ma'ruf, M.Pd., yang bertugas sebagai moderator malam ini, membagikan video profil Cing Ato atau Cang Ato, demikian pak Suharto kerap disapaRekam jejak narsum sangat luar biasa. Cing Ato merupakan youtuber dan content creator. Channel Youtube-nya dapat dinikmati DI SINI. Akun Medsos: FB (https://web.facebook.com/hartobetawi), Instragram (suharto.ingato.cing). Blog: suharto13.blogspot.comsuharto69.blogspot.com, dan suharto13.wordpress.comEmail: suharto130469@gmail.com. Mari kita simak video yang dibagikan pak Dail berikut ini:

   MasyaAllah, sungguh perjuangan Cing Ato dalam melawan penyakit yang diidapnya membuat hati pilu. Kisah hidupnya menginspiasi banyak orang, utamanya semua peserta yang sampai detik ini dikaruniai kesehatan dan masih dalam kondisi normal. 

    Cing Ato adalah alumni Kelas BM Gel 8 yang berprofesi sebagai guru ASN di MTs Negeri 5 Jakarta. Pada tahun 2018, Guru pengampu mapel Fikih ini diuji dengan penyakit langka. Nama penyakitnya adalah Guillain Barre Syndrome (GBS). Pada penyakit ini, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi justru menyerang sistem saraf perifer yang bertanggung jawab mengendalikan pergerakan tubuh. Akibatnya, penderita GBS mengalami kelumpuhan. Tubuh pria asli Betawi yang tadinya tinggi, gagah, ganteng dengan sekejap mata lumpuh total tak berdaya, hanya menyisakan mata, telinga, dan otak. Bahkan, bernapas pun tidak bisa dan harus dibantu dengan ventilator. Hal ini diungkapkan Cing Ato dalam buku berjudul "GBS Menyerangku" (2019). Sebuah kisah nyata seorang guru bergulat dengan penyakit langka dengan menulis. Alhamdulillah, setelah jadi buku banyak yang berminat hingga kini. Bahkan, buku ini pernah diresensi oleh Prof. Dr. Ngainun Naim dengan judul "Kisah Seorang Penyintas GBS" di https://www.spirit-literasi.id.

BABAK BARU KEHIDUPAN MENULIS CING ATO 

    Cing Ato menceritakan bahwa sebelum sakit, beliau sudah memiliki satu buku solo. Judul bukunya "Mengerjar Azan." Buku ini merupakan memoar beliau berisi cerita perjalanan hidup dalam menuntut ilmu. Buku yang berisi memori beliau tentang menuntut ilmu dari sejak tingkat SD sampai menjadi guru ASN di Kementerian Agama. Ditulis Desember 2017 ketika Cing Ato mengikuti pelatihan Madia Guru di daerah Cipanas dan terbit tahun 2018. Sebelumnya, beliau menerbitkan buku keroyokan (karya antologi) berjudul "Bukan Guru Biasa" (2016).

Buku Antologi Perdana Cing Ato
Buku Solo Perdana Cing Ato




    














    Namun pada awalnya dari Om Jay. Dari sinilah Cing Ato tertarik untuk menulis, walaupun pernah menulis, tapi tidak pernah jadi. Beliau mencoba mencari wadah pelatihan menulis. Dibukanya Facebook dan mendapati ada pelatihan menulis di Wisma UNJ. Di sinilah kemudian Cing Ato mengenal pak Namin, Om Jay, Om Dedi, dan lainnya, hingga beliau sering ikut kegiatan kepenulisan yang diselenggarakan Om Jay dan KSGN (Komunitas Sejuta Guru Ngeblog) Nasional.

    Tiga tahun delapan bulan Cing Ato masih berjuang untuk pulih. Ia tidak tahu lagi berapa besar biaya yang sudah dikeluarkan untuk ikhtiyar menyembuhkannya. Hanya berbekal keyakinan kepada Allah 'azza wajalla bahwa seseorang tidak akan diuji di luar batas kemampuannya. Ia sangat menikmati ujian dari Tuhan ini sambil terus menyukuri nikmat lain yang Tuhan berikan. Diibaratkannya  sakit yang beliau alami seperti bungkus permen. Sebagaimana kata pak Nasrullah dalam bukunya "Magnet Rezeki," ujian dan musibah laksana sebuah permen. Pembungkusnya adalah musibah, tetapi di balik pembungkus itu Allah sudah sediakan berjuta kenikmatan. Maka itu, terimalah dengan ikhlas dan banyak bersyukur. Intinya dibalik segala sesuatu ada mengandung hikmah.

    Tidak ada yang dapat Cing Ato lakukan dalam kondisi serba keterbatasan, kecuali membaca dan menulis. Dahulu menulis dengan alat tulis dan membaca harus membuka buku. Kini zaman teknologi cukup dengan gawai/smartphone kita bisa membaca dan menulis.

  Dengan tangan yang masih sangat terbatas gerakannya, bagaimana Cing Ato menulis..? Semua berawal dari ketidakaktifannya karena tubuhnya sudah tidak bisa bergerak selama satu tahun. Hal ini terkadang membuatnya agak stres karena tidak ada yang dikerjakan, hanya melamun seorang diri di kamar. Sesekali Cing Ato minta televisi dihidupkan. Karena tidak bisa menekan remot televisi tidak pernah ganti channel. Lama-kelamaan booring juga.

    Tetiba ada suara dari gawai istri Cing Ato yang tertinggal. Beliau meminta asisten rumah tangga untuk mengambilkan dan meletakkan di atas dadanya dengan beralaskan bantal. Cing Ato mencoba menyentuh gawai, ternyata bisa tersentuh. Setelah istri pulang dari mengajar beliau bertanya kepadanya dimana gawai beliau. Maklum sudah 1,6 tahun Cing Ato tidak melihat gawai. Istri pun langsung mengambilkan gawai. Beliau minta dibelikan peket internet dan berganti nomor. Karena nomor yang lama sudah tidak aktif.

    Dari sinilah Cing Ato melacak akun Facebooknya. Butuh waktu tiga hari baru ketemu sandinya. Mulailah beliau menulis dan memposting tentang kondisi terkininya. Dapat satu pekan menulis timbul dalam pikiran, kenapa tidak menulis apa yang sedang dialaminya saja? Akhirnya, Cing Ato menuliskan kisahnya, mulai dari terserang penyakit, dirawat di rumah sakit, bagaimana beliau menjalani selama di rumah sakit, peristiwa-peristiwa yang terjadi selama sakit, dan ditutup dengan tulisan sampai kembali ke Madrasah.

    Cing Ato menulis sesuai kronologis yang terjadi, jadi secara berurutan. Seperti melihat sinetron berseri. Banyak apresiasi dari sahabat unia maya (Dumai). Bahkan, tulisan beliau dinantikan dan ditunggu kehadirannya. Pembaca pun diajaknya menentukan judul artikel terakhir. Banyak yang memberikan judul artikel terakhir. Beliau akhirnya memilih judul "Kembali ke Madrasah". Kenapa kembali ke madrasah? Ya, karena Cing Ato berawal dari madrasah lalu ke rumah sakit dan tak pernah kembali selama 18 bulan, dan buku itu judulnya "Kembali ke Madrasah."  

PRODUKTIF MENULIS DI KALA SAKIT

    Sejak dulu Cing Ato tidak pernah tinggal diam. Beliau berusaha untuk tahu bagaimana agar bisa menulis. Maka itu, ia mencari pelatihan menulis. Suatu ketika, ada seorang sahabat sekaligus seorang narasumber yang memberikan ilmu kepenulisan kepadanya ketika mengikuti pelatihan dengan KSGN. Beliau menghubungi Cing Ato karena sempat mengikuti tulisan-tulisan yang dipostingnya. Beliau bertanya-tanya tentang tulisan yang ditulis. Apakah Cing Ato sedang menulis kisah orang atau kisahnya sendiri. Karena tokoh utama menggunakan kata ganti "AKU". 

    Kemudian, beliau langsung menghubunginya lewat vidcall. Otomatis beliau melihat kondisi yang sebenarnya. Kurus seperti tengkorak hidup, suara tidak jelas, selang NGT masih menempel di hidung, selang ventilator masih menempel di leher. Beliau terharu dan mencoba melacak tulisannya dari awal. Baru seperempat jalan beliau tidak sanggup lagi membacanya. Beliau yang menghubungi itu tak lain adalah Bapak Dr. (Cand.) Wijaya Kusumah, M.Pd. atau lebih dikenal Omjay.   

    Seminggu berselang Omjay menghubungi Cing Ato lewat vidcall. Beliau pun terharu tetapi beliau salut dan mengapresiasi tulisannya. Dari sinilah Om Jay mengajaknya untuk ikutan pelatihan menulis PGRI. Dengan segenap kemampuannya, beliau menyanggupi walau terkadang tubuhnya tak mampu mengikuti. Meski begitu alhamdulillah, karena lewat WhatsApp Group, materinya bisa dibaca ulang di siang hari. Selanjutnya hasil rseum materi yang dibuatnya disimpan di blognya lalu dijadikan sebuah buku berjudul "Belajar Tak Bertepi."

Output Buku Solo Cing Ato dari Kelas BM PGRI

    Dari mengikuti pelatihan menulis PGRI gelombang 8 lebih memperkaya tulisan Cing Ato. Tulisan beliau makin hidup karena semua benda yang ada di sekitar ruang rumah sakit diikut -sertakan dan divisualisasikannya seperti sesuatu yang bernyawa. Kalau kata Om Budiman, salah satu narasumber pelatihan ini, disebut dengan istilah CERPENTING (cerita pendek tidak penting). 

    "Bisa bapak dan ibu baca di buku saya. Kalau Bapak dan ibu baca. Saya yakin langsung bisa nulis buku cerita hari itu juga. Hahaha....," selorohnya sambil melanjutkan sharing session-nya. 

    Cing Ato kemudian bertemu dengan pria gempal yang pernah menghubunginya. Dalam pelatihan Belajar Menulis Gel 8 kala itu, Om Jay bertindak sebagai sebagai narsum. Ia  pun mengajukan pertanyaan kepadanya dan dianggap bagus, sehingga ia mendapatkan hadiah dari Omjay. 

    Karena menulis setiap hari, mengamalkan petuah Om Jay, Cing Ato memiliki ratusan artikel dan menyimpannya di Facebook dan blogspot. Dari artikel dan tulisan tersebut, beliau jadikan buku kedua ketika sakit, yang berjudul, "Menuju Pribadi Unggul." 

Buku ke-2 Cing Ato di saat sakit

    Untuk memperindah tulisan dibuku, Cing berguru dan dibimbing langsung oleh bapak Akbar Zaenudin, penulis buku Best Seller "Man Jadda Wajada". Setelah jadi, pak Akbar menyarankan untuk mencoba dikirim ke penerbit mayor, tapi Cing Ato tidak bersedia, karena terlalu lama menunggu diterima atau tidaknya. Namun demikian, menurut pemaparannya masih terdapat sekitar 2/3 tulisan di blognya yang belum dibukukan lagi hingga sekarang. Teriring doa khusus, semoga Cing Ato selalu diberikan kesehatan dan segera diberikan kesembuhan. Aamiien ya Rabb..👐 

BUKU KARYA CING ATO

    Hampir setiap hari Cing Ato menulis. Kebetulan masa pandemi covid-19 terjadi, sehingga hampir dua tahun bekerja dari rumah. Waktu-waktu kosong itulah ia manfaatkan untuk menulis. Berdasarkan penuturannya, ia tidak bisa tidur sebelum mendapatkan ide untuk menulis, sehingga terkadang banyak menerawang sampai dapat ide apa yang akan ditulisnya esok hari.

  1. Mengejar Azan (dua bulan sebelum sakit) [2018]
  2. GBS Menyerangku [2020]
  3. Menuju Pribadi Unggul [2020]
  4. Kompilasi Kisah Inspiratif [2021]
  5. Belajar Tak Bertepi [2021]
  6. Aisyeh Menunggu Cinta (Roman Betawi) [2021]
  7. Menepis Kesulitan Menulis [2021]
  8. Gadis Pemikat (Cerpen) [2022]
  9. Kado Khusus Sang Bintang (Motivasi Belajar) [2022]
  10. Lentera Ramadan [2022]

 
Buku-Buku Karya Solo Cing Ato 

      Di samping itu, ada beberapa buku yang sedang digarap dan dalam proses finishing, yaitu: (11) Catatan Harian Guru Blogger Madrasah; (12) Cing Ato Belajar Pantun; (13) Cing Ato Belajar Puisi; dan (14) Menulis di Kala Sakit. 

  Cing Ato mengawali menulis dengan apa yang pernah dialami dan dirasakannya. Hal ini dituangkannya dalam blog yang di antaranya berisi tulisan ketika menjadi narasumber di Pelatihan Kelas BM gel. 18. Sejak gelombang 17 Cing Ato dipercaya sebagai salah seorang narasumbernya. Sila menyimak kisah perjalanannya di blog pribadinya DI SINIPada akhirnya, menulis yang tadinya terasa sulit setelah mengetahui kuncinya menjadi mudah. Maka itu, beliau menulis buku "Menepis Kesulitan Menulis." Buku ini cocok untuk penulis pemula. Segera miliki,😀😀😀😀😀Buku "Menepis Kesulitan Menulis" ini sudah diresensi oleh seorang guru dari Kalimantan Barat dan menghantarkannya menjadi sang juara.

RAHASIA PRODUKTIF MENULIS CING ATO

    Kata siapa menulis itu mudah. Menulis itu sulit. Mereka yang bilang mudah karena mereka sudah punya pengalaman. Yang sering menulis saja terkadang masih mengalami kesulitan dalam menulis. Apalagi bagi pemula. Tanyakan kalau tidak percaya kepada teman-teman yang belum pernah menulis. Atau ajak mereka menulis. Pasti mereka bilang, "saya tidak bisa menulis, saya tidak berbakat, saya bingung menulis apa, dan sejumlah lontaran alasan yang pasti didapat."

    Pertanyaannya sederhana sekali, "Pak, saya bingung untuk menulis, bagaimana cara untuk mengawalinya dan mengakhirinya? Terus apa yang saya harus tulis?" Ya, begitulah di antara bunyi pertanyaannya. Dari pengalaman yang ia lakukan, Cing Ato memberikan tips tentang beberapa langkah yang harus diketahui sebagai penulis pemula, yaitu :

  1. Tulis apa yang kita bisa dan kuasai. Menulis apa yang kita bisa akan memudahkan kita untuk menulis. Mulailah dengan satu paragraf terlebih dahulu. Tidak usah terlalu panjang. Gunakan bahasa yang sederhana, yang terpenting bisa dibaca dan dipahami.
  2. Mulailah dari apa yang pernah kita alami. Menulis yang pernah kita alami lebih mudah, tanpa harus mengeluarkan energi yang menguras pikiran. Buku perdana dan kedua Cing Ato isinya apa yang ia alami. Tentunya harus terstruktur dengan baik sesuai urutan peristiwa.
  3. Buat tema agar fokus dalam tulisan. Mengambil pernyataan pak Akbar Zaenudin, menulis harus membuat tema terlebih dahulu hingga seluruh isi buku temanya sama. Misal tentang motivasi, traveling, kuliner, dll. Buku ketiga Cing Ato adalah buku motivasi, materinya ia ambil dari tulisan di blog pribadinya. Tulisan diblog diedit kembali lalu, masukkan rumus 5W + 1H.
  4. Membuat target dalam menulis. Waktu membuat buku ke 2 dan ke 3, Cing Ato menargetkan tahun 2020 buku ini harus terbit. Alhamdulillah, 5 bulan terbit. Smester ganjil 3 buku jadi, semester genap konsentrasi buku motivasi siswa dan guru. Tahun ini (2021) insyaallah 5 buku.
  5. Memiliki semangat. Jangan berharap apa yang kita inginkan akan tercapai, jika tidak ada semangat. Semangat itu yang membuat Cing Ato mampu untuk menyelesaikan tulisan menjadi sebuah buku.
  6. Sakit, sepanjang masih bisa menggerakkan jemari, bukan hambatan dan alasan untuk tidak menulis. Seperti Cing Ato, anugerah yang diberikan Tuhan, Allah SWT, ketika sakit yakni bisa menggerakkan jemari tangan, ia manfaatkan untuk menulis. 
    (sumber: https://blogsusanto.com dan YPTD)

"Bergeraklah ketika yang lain diam. Berjalanlah ketika yang lain berhenti. (Kemudian) lihatlah apa yang terjadi." 

ALASAN MENULIS CING ATO

1. Untuk menambah amal ibadah

    Di saat tak berdaya Cing Ato berpikir, apa yang bisa menambah amal ibadahnya saat diuji dengan sakit. Sewaktu sehat, ia seringkali mengisi khutbah, ceramah, dan menjadi motivator untuk peserta didik. Setelah berpikir, ia memutuskan untuk menulis di medsos. Akhirnya ia membuat tulisan tentang karakter yang berkaitan membangun diri menjadi manusia unggul. Banyak yang memberikan apresiasi dan menunggu-nunggu kehadiran tulisan berikutnya. Dari menulis inilah Tuhan memberikan apa yang tidak sangka-sangka olehnya. Justru di saat sakit Cing Ato mendapatkan berbagai hal antara lain:

  • Teman baru yang ingin bersahabat makin banyak
  • Banyak yang ingin berkonsultasi tentang menulis
  • Dapat panggilan menulis dari adiknya di Pusdatin (gara-gara dia melihat dan membaca tulisan-tulisannya di medsos)
  • Dikunjungi banyak yuotuber yang ingin merekam kisah hidupnya
  • Menjadi narasumber pada pelatihan di KSGN PGRI
  • Mendapatkan penghargaan dari Bang Jafar DKI sebagai "Pahlawan pendidikan" Jakarta.
  • Banyak rekan kerja dan teman medsos yang membuat buku.

2. Untuk kenaikan pangkat

    Kebetulan Cing Ato sudah terlambat naik pangkat dikarenakan sibuk kuliah dan sakit. Bahkan beman-temannya yang sudah mau naik pangkat ke-IV b, sedangkan dia masih di III d. Namun alhamdulillah bulan Januari lalu, ia dapat mengajukan kenaikan pangkat ke IVa dengan menyertakan 1 PTK dan 6 buku solo.

3. Untuk kebanggaan/ motivasi/ inspirasi

     Cing Ato berharap anak-anaknya yang sedang menimba ilmu di pondok pesantren Gontor memiliki kebanggaan terhadap ayahnya. Setidaknya dalam hatinya, ayah mereka sedang sakit saja masih punya semangat untuk belajar dan berkarya. Begitu juga untuk memberikan inspirasi kepada teman-teman untuk bergerak dan keluar dari zona nyamannya.

4. Untuk mengabadikan ilmu yang dimiliki agar tidak hilang ditelan waktu. Maklum hafalan atau ingatan terkadang lupa, maka itu perlu dipatri di dalam sebuah ikatan, yaitu buku. "Sebenarnya saya sendiri tidak berharap apa-apa. Mungkin itu bonus," akunya.

    Tidak berhenti di bidang menulis saja. Cing Ato pun merambah ke bidang desain cover buku, flayer, layout buku. Ia berencana mau konsentrasi di jurnal ilmiah. Di samping ikut pelatihan menulis di sela-sela liburan, beliau juga mengikuti pelatihan desain cover lewat aplikasi Canva secara berbayar. Harapannya palingg tidak ia bisa membuat cover buku sendiri. Bahkan, Cing Ato juga banyak membantu teman-teman membuat cover bukunya dengan tanpa dipungut biaya. Beliau juga dipercaya untuk membantu membuat desain cover buku dan flayer di Penerbit YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan). Sekali lagi gratis..tis...tis. "Saya siap membantu bapak dan ibu untuk membuatkan cover pada pelatihan ini. Silahkan kirim judul dan sinopsisnya. Cukup dengan gawai melalui aplikasi canva langsung jadi. Kalau mau belajar otodidak silahkan lihat di youtube saya. Chanel "Suharto MTsN 5 Jakarta".

Cing Ato saat Mengajar di Kelas

"Jadi ketika orang tidak bisa menulis, karena belum mendapatkan kuncinya. Jika sudah mendapatkan, maka dengan kunci itu dia akan mudah berselancar mengarungi bahtera literasi" (Suharto, M.Pd. - Cing Ato)

    Cing Ato merupakan seorang penulis hebat. Penulis hebat, kata Jonru (Jonriah Ukur) dalam bukunya "Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat" (2009), merujuk pada hal-hal yang bersifat soft skill, seperti rasa percaya diri, motivasi yang tinggi, semangat yang tak pernah padam, pantang menyerah walau banyak kendala yang dihadapi, dan sebagainya. Semua hal tersebut berkumpul pada diri Cing Ato. Jonru menyatakan, Penulis sukses adalah akibat dari penulis hebat. Penulis sukses pasti berawal dari penulis hebat.

    Bila Om Jay memiliki quote yang sangat terkenal:

  "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi" (Om Jay) 

    Maka Cing Ato membuat turunan kalimat dari Om Jay tersebut, berbunyi:

  "Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi" (Cing Ato)

   Kalimat tersebut sebagai penyemangat Cing Ato. "Menulislah setiap hari dan rezeki akan mendatangi". Demikian turunan dari kalimat ajaib itu. Ia sekaligus ingin membangkitkan dan mengajak teman keluar dari zona nyaman. Walau terkadang dinyinyiri orang lain, ia laksana pejuang tangguh yang tetap maju dan pantang surut ke belakang. Berkat kegigihan dan ketekunannya, lahirlah buku demi buku karya solonya secara estafet. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Kemustahilan versus realita berwujud keniscayaan. Meskipun dalam kondisi keterbatasan dan kesehatan yang terganggu. Namun, dengan komitmen yang tinggi kita ingin belajar, belajar, dan belajar, pasti kita bisa. Seperti quote di awal tulisan ini yang kukutip dari tulisan berjudul "Melewati Batas Kemustahilan" di Kompasiana.com"Kesuksesan bukan hanya milik orang yang sehat saja, tetapi kesuksesan kepunyaan orang yang mau berusaha." Kita harus yakin semua bisa menjadi penulis hebat dan sukses. Aamiiien

Komentar

  1. Masya Allah ,keren sekali resumenya Pak Amali ,Top bgt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih bu Yati.. Moga selalu bisa menjaga konsistensi

      Hapus
  2. Saya copy link blog y ya pak , buat saya buka lagi nanti he

    BalasHapus
  3. Pantas banget menjadi, resume yang dirindukan....amazing...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih bunda Susi.
      Komitmen utk terus melanjutkan hingga garis finish.. Aamiien

      Hapus
  4. Selalu lengkap dan memotivasi pak 👍👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer