KENALI JENIS PENERBIT BUKU, LALU TENTUKAN YANG TERBAIK
Judul
: KENALI JENIS PENERBIT BUKU, LALU TENTUKAN YANG TERBAIK
Tema
: MENGENAL PENERBIT INDIE
Resume ke : 17
Gelombang : 24
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Pukul : 19.00-21.00 WIB
Narasumber : MUKMININ, S.Pd., M.Pd.
Moderator : Helwiyah
Pada zaman melenial saat ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Sudah terbukti banyak dari kalangan pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta yang dengan mudah dan cepat menerbitkan buku. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti memiliki praktik baik (best practice), pengalaman, dan kisah yang menarik untuk dipublikasikan melalui kegiatan menulis baik berupa karya ilmiah maupun bergenre fiksi. Guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif tersebut perlu ditulis dan diterbitkan menjadi buku sehingga bermanfaat bagi orang lain/pembaca.
Sobat Blogger pasti masih ingat materi yang disampaikan bu "Iin" Musiin, M.Pd. di etape ke-15. Ya, temanya tentang Konsep Buku Nonfiksi. Dijelaskan bahwa dalam proses penulisan sebuah buku terdapat lima (5) tahap yang harus diperhatikan, yakni: (1) Pratulis; (2) Menulis Draf; (3) Merevisi Draf; (4) Menyunting Naskah; dan (5) Menerbitkan. Ini merupakan pendekatan proses menulis model Gail E. Tompkins (2010).
Tompkins dan Hoskisson (1991: 211) menyatakan the focus in the writing process is on what student think and do as they write and the five stage are prewriting, drafting, revising, editing, and publishing. Intinya bahwa pendekatan proses dalam menulis terdiri atas lima tahap yaitu: (1) pramenulis, (2) membuat draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) mempublikasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati dalam tabel berikut ini.
Bu Helwiyah, yang akrab disapa bu Ewi, bertugas sebagai moderator pada etape ke 17 kali ini dengan tajuk MENGENAL PENERBIT INDIE. Siapakah yang bertindak sebagai narsum? Mari kita kenalan. Karya beliau sering muncul di grup kita. Pasti semua sudah mengenalnya ... Kita sambut dengan meriah, Bapak Mukminin, S.Pd., M.Pd.
Cak Inin, demikian beliau biasa dipanggil, sapaannya, menyapa para peserta dengan penuh semangat dan motivasi tinggi. Owner Penerbit Kamila Press itu mengucapkan terima kasih kepada Dr. Wijaya Kusuma alias Omjay (sebentar lagi beliau akan diwisuda S-3) yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar bersama. Juga, kepada bunda Ewi, sang moderator handal malam ini. Bagi yang ingin mengenalnya lebih jauh dapat menelisik Curiculum Vitae (CV) lengkapnya di blog beliau (KLIK DI SINI). Bahkan, profil Cak Inin pernah dimuat di Harian Jawa Pos Radar Lamongan dengan judul "Mukminin Tak Mau Kalah dengan Penulis Muda". Klik postingan blognya di SINI.
Pria kelahiran Jombang ini bercerita, kemampuan menulisnya baru mulai 'terasah' saat mengikuti kelas BM PGRI. Itu pun karena mendapatkan 'provokasi positif' dari mantan muridnya yang bernama bu Emi Sudarwati. Meski sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kedungpring Lamongan, Cak Inin mengaku dari nol mempelajari praktik kepenulisan dan penerbitan.
Dengan motto: "Tiada kata terlambat untuk menulis dan menerbitkan buku, Cak Inin mengikuti pelatihan Kelas BM selama 30 pertemuan bersama narsum hebat PGRI. 'Kurikulum kelas BM' kala itu belum selengkap saat ini. Perjuangan hebat tiada henti, ditulis dengan hati, dan mengikuti petunjuk mentor, lahirlah buku dari hasil resume di usianya yang ke-55 tahun. Buku itu berjudul "Jurus Jitu Menjadi Penulis Handal Bersama Pakar," dengan kata Pengantar Prof. Dr. Ngainun Naim, Dosen UIN Syahid Ali Rahmatullah, Tulungagung. Kini sudah terjual laris manis hampir 500 eksemplar.
TIGA CARA MENERBITKAN BUKU
Ketika langkah atau tahapan dalam proses menulis di atas sudah kita lalui dan tulisan kita selesai diedit, maka kita bisa mencetak atau menerbitkannya. Ada berbagai macam jenis percetakan yang bisa kita pilih untuk menerbitkan buku. Mulai dari percetakan mayor, percetakan indie, hingga self publishing. Ketiga penerbit ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Sebelum menentukan pilihan penerbit, mari kita ulas dulu perbedaan penerbit indie, self publishing dan mayor. Sebagai penulis pemula mana sebaiknya yang kita pilih? Cak Inin menjelaskan dalam materi PPT-nya sebagai berikut: (Selengkapnya dapat di unduh di SINI)
Alternatif Pertama, Menerbitkan buku sendiri (Self Publishing)
Ini merupakan pilihan populer karena berbagai alasan. Mendapatkan kontrak dari penerbit Mayor mungkin suatu hal musthil dan tidak sesuai untuk penulis pemula. Sebab kontrak seperti itu sulit diperoleh, kecuali naskah kita sangat bagus serta sesuai dengan visi dan misi penerbit. Meskipun pada suatu saat akhirnya berhasil didapatkan, namun kita harus menyerahkan banyak hak paten ke penerbit terkait. Menerbitkan buku sendiri memungkinkan kita tetap memiliki berbagai hak atas produk akhir, menjual produk tersebut dengan harga yang jauh lebih murah, dan menyediakan kesempatan untuk melakukan pemasaran dan pengiklanan sendiri. Apa pun alasannya, menerbitkan buku sendiri merupakan cara bagus untuk menjual buku kepada siapa saja yang tertarik.
Menurut Pak Cahyadi Takariawan, dalam metode self publishing, kita menerbitkan buku menggunakan jasa percetakan –bukan melalui lembaga penerbitan. Konsekuensinya, kita harus melakukan edit, layout, membuat cover, hingga buku siap dicetak oleh percetakan. Pihak percetakan tidak mengurus editing, layout dan lain-lain. Mereka hanya mencetak buku saja. Dalam metode ini hanya ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penulis dan pihak percetakan buku. Penulis membayar sendiri semua biaya percetakan untuk mencetak buku. Penulis harus memasarkan bukunya sendiri, karena pihak percetakan tidak mengurus pemasaran. Penulis tidak terikat perjanjian dengan pihak penerbit manapun karena hak cipta ada pada dirinya.
Di buku hanya tercantum nama penulis, tidak ada nama serta logo penerbit. Ingat, jika kita memilih cara ini, tidak bisa mengurus ISBN (International Standard Book Number). ISBN merupakan identitas unik setiap judul buku, sehingga membantu pemasaran lebih efisien dan pengarsipan di perpustakaan. Karena individu dan lembaga percetakan tidak bisa mengurus ISBN. Yang bisa mengurus ISBN hanya lembaga penerbitan. Bolehkah buku beredar tanpa nomer ISBN? Sangat boleh. Misalnya, buku yang dicetak untuk keperluan terbatas, tidak untuk diperjualbelikan secara luas. Maka tidak ada urgensinya mengurus ISBN.
Alternatif Kedua, Menerbitkan secara Indie (Independen)
Model penerbitan indie sendiri ada dua jenis. Jenis pertama
adalah self finance indie label. Artinya kita membayar sendiri biaya edit,
layout, cover, dan percetakan. Penerbit indie hanya membantu menerbitkan buku
saja beserta ISBN. Jenis kedua adalah non-self finance, di mana pihak penerbit
indie membiayai semua biaya dari awal sampai akhir, hingga terbitnya buku. Jenis kedua inilah yang dijelaskan Cak Inin di dalam materi paparannya.
Di buku –selain tercantum nama kita sebagai penulis– juga
tercantum nama dan logo penerbit indie beserta ISBN. Kedua model ini tentu
memiliki konsekuensi yang berbeda dalam perjanjian kerja sama dengan pihak
penerbit indie. Melalui penerbit indie, buku kita layak dijual secara luas,
karena memiliki kredibilitas legal formal, serta memiliki ISBN.
Dengan mudah kita bisa mencari informasi penerbit indie, dan
sekaligus melakukan kontrak kerjasama. Ada sangat banyak penerbit indie di
zaman sekarang, tidak seperti zaman dulu yang hanya mengenal jenis penerbit
mayor. Setelah buku selesai diterbitkan oleh penerbit indie, tugas kita adalah
memasarkan sendiri buku kita.
Alternatif Ketiga, Menerbitkan Buku Melalui Penerbit Mayor
Dalam penerbitan mayor, naskah kita akan dilakukan
editing, semua proses pracetak seperti layout, desain cover dan ISBN,
sepenuhnya diurus pihak penerbit. Semua biaya penerbitan hingga pemasaran
ditanggung pihak penerbit. Kita hanya menyetor naskah dan menerima
royalti atau sistem beli putus.
Model penerbitan buku ini adalah yang paling konvensional dan dikenal sajak zaman dulu. Penerbit mayor adalah industri penerbitan buku yang bermodal besar. Memiliki izin resmi, reputasi dan jaringan pemasaran yang luas. Kita bisa menawarkan naskah ke penerbit mayor. Jika naskah kita diterima, akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan kontrak penerbitan.
Bagi penulis pemula dan belum dikenal memiliki karya tulis, biasanya penerbit mayor menghendaki proposal atau semacam surat permohonan untuk diterbitkan. Jika kita sudah dikenal oleh penerbit mayor, mereka tidak memerlukan proposal. Bahkan mereka akan mengajukan proposal kepada kita untuk menuliskan sejumlah tema yang mereka perlukan.
Proses penerbitan buku di penerbit mayor itu antre. Bahkan kadang-kadang lama, bertahun-tahun, sampai penulis tidak sabar. Di penerbitan mayor, mereka memiliki sangat banyak variabel untuk menentukan buku yang akan diterbitkan. Maka harus rela mengantre untuk menunggu jadwal terbitnya buku. Di antaranya, apakah temanya sesuai dengan tuntutan pasar dan visi-misi penerbit.
Ada istilah lain dari ketiga jenis atau metode menerbitkan buku di atas, yaitu Vanity Publisher atau Penerbitan Berbayar. Bisa dikatakan jenis penerbit ini mirip dengan penerbitan indie. Hanya saja terdapat perbedaan pada fasilitas yang disediakan.
Kalau kita menerbitkan buku di penerbitan indie, maka segala kebutuhan seperti editing, layout, dan desain cover buku menjadi tanggung jawab penulis.
Sebaliknya, vanity publisher memberikan fasilitas tersebut. Selain itu, juga tersedia paket penerbitan yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan Anda. Salah satu contoh penerbit yang mengusung konsep vanity publisher adalah penerbit Kamila Press miliknya Cak Inin. Penerbit yang berada di Lamongan Jawa Timur ini menyediakan beragam layanan dan fasilitas memadai bagi para penulis. Seperti layanan gratis proofreading, layout, desain cover buku, dan ISBN.
PERBEDAAN PENERBIT MAYOR DAN PENERBIT INDIE
Mari kita ikuti uraian Cak Inin berikut ini :
1. Jumlah Cetakan di Penerbit Mayor
# Penerbit mayor mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.
#Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.
2. Pemilihan Naskah yang Diterbitkan
# Penerbit mayor :
Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.
# Penerbit indie :
Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti kami terbitkan. Kami adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.
3. Profesionalitas
# Penerbit mayor :
Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.
# Penerbit indie : Penerbit Indie miliknya Cak Inin pun juga bkerja secara profesional, meskipun sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper (kertas coklat halus). Di Kamila Press sangat dijaga mutu dan kualitasnya, mulai dari cover yang bagus cerah mengkilat dan isi buku kertas cokal halus awet (bookpapar).
4. Waktu Penerbitan
# Penerbit mayor :
Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.
# Penerbit indie :
Tentu berbeda penerbit Indie akan segera memproses naskah yang kami terima dengan cepat. Dalam hitungan
minggu bukumu sudah bisa terbit. Karena memang, kami tidak fokus pada selera
pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Kamila Press pasti menerbitkan karya karya terbaik dari semua penulis dan layak untuk diterbitkan. Sehingga penerbit dari Lamongan ini tidak memiliki pertimbangan yang rumit dalam menerbitkan buku.
5. Royalti
Kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.
Umumnya 15-20% dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat facebook, Instagram, WA grup, Twitter, status, dll.
6. Biaya Penerbitan
# Penerbit mayor :
Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.
# Penerbit indie :
Berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.
Syarat dan ketentuan menerbitkan buku di KAMILA PRESS LAMONGAN:
1. Kirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar isi, naskahdaftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dg fotonya dan Sinopsis
2. Ketik A5 ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2 cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf Arial, Calibri atau Cambria dan masukkan dalam satu file lalu kirim ke WA Cak Inin atau melalui email: gusmukminin@gmail.com
Tulisannya selalu cetar. Good job, kawan.
BalasHapusTerima kasih mbak... Siapp
HapusKeren selalu pak maaf baru mampir
BalasHapusterima kasih kak Ovi..
Hapus