TETAPKAN KOMITMEN UNTUK MERAIH BINTANGMU!
Tema
: MENULIS BUKU MAYOR DALAM DUA MINGGU
Resume ke : 7
Gelombang : 23 & 24
Hari/Tanggal : Senin, 31 Januari 2022
Pukul
: 19.00-20.00 WIB
Narasumber : Prof. Richardus Eko Indrajit
Moderator : Aam Nurhasanah, S.Pd.
"It always seems impossible until it's done." - Nelson Mandela
Tema Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 23 & 24 makin asyik, menarik dan menantang. Tepat akhir bulan, tanggal 31 Januari 2022, panitia Kelas BM mendatangkan seorang narasumber pakar yang sudah dikenal luas, baik di kancah nasional maupun internasional. Beliau adalah Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA. Profil lengkap narsum super hebat ini di-share Bu Aam Nurhasanah, S.Pd. di Group WA BM 23 & 24. Malam ini beliau bertindak sebagai moderator. Berikut ini tautan biografi beliau: https://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit .
Pada pertemuan ke-7 malam ini, Prof Ekoji, nama panggung narsum, hanya memiliki durasi satu jam untuk membersamai peserta Kuliah by WA malam ini. Beliau dilahirkan di Jakarta, 24 Januari 1969, pria yang akrab disapa Richard ini memulai karir di dunia teknologi sejak duduk di bangku kuliah. Menuntaskan pendidikan di ITS, seolah haus akan ilmu, ia kemudian melanjutkan pendidikan di berbagai macam universitas seperti Harvard University, University of the City of Manyla, Maastricht School of Management, Leicester University, dan London School of Public Relations.
Pantesan guys, gelar akademis Rektor Universitas Pradita Banten ini berderet panjang bak kereta api. Catet ya sob, beliau baru saja berulang tahun tanggal 24 Januari kemarin. 😲 Meski sedikit telat mohon maaf Prof, izinkan saya haturkan untaian do'a ini. "Semoga Prof Richard panjang umur, selalu diberikan kesehatan dan tak tak pernah bosan membagikan ilmu dan pengalamannya serta tambah sukses dalam karir dan makin bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiien."
Di awal pertemuan, Bu Aam memulai dengan mantra magisnya, “Tidak lama lagi kita akan bertemu narasumber hebat, yang akan membawa peserta menebus penerbit mayor. Kita akan mendapat royalti dan buku kita dipajang di rak-rak Gramedia.” Bu Aam menyampaikan gambaran bukunya yang ditulisnya bersama Prof. Eko telah diterbitkan penerbit mayor, Penerbit ANDI Yogyakarta. “Tidak hanya buku fisik. Penerbit mayor PT Andi juga menyiapkan e-books atau buku digitalnya,” ungkapnya dengan nada optimis dan bangga.
Kuliah Online via WA malam ini
sungguh memacu andrenalin. Bagaimana tidak, tema yang diangkat yaitu tentang “Menulis
Buku Mayor dalam Dua Minggu.” Dasyaaatt!! Dua minggu menulis buku dan diterbitkan oleh Penerbit Mayor? Mungkinkah?!
Terlintas dalam
benakku, “Dapat berhasil nerbitin buku solo karya sendiri sebagai tagihan
kelulusan pelatihan ini aja, rasanya udah seneng banget. Apalagi, meraih impian
sebagai penulis dan bisa menerbitkan buku di penerbit mayor.” Sungguh, ini
sebuah kesempatan dan challenge yang tidak boleh terlewatkan (lagi).
Sejujurnya suguhan materi dari Prof. Richard, kali ini sudah aku tunggu-tunggu. Beliau selalu memberikan challenge kepada peserta kelas BM untuk menulis duet bersamanya. Ini kuketahui sejak pertama kali mengikuti Kelas BM di Gelombang 8. Namun saat itu aku belum bisa lulus di pelatihan BM asuhan Om Jay ini. Lalu aku mengulang untuk mengikuti kelas BM di Gelombang 22, namun ternyata belum berhasil naik kelas juga. Hingga akhirnya aku memutuskan ikut kembali (remidi) di gelombang 24 ini.
Kilas Balik Munculnya Ide Menulis Buku Mayor
Sejak tahun 1999, Prof. Eko mengawali kegemarannya dalam menulis, yaitu saat berusia 30 tahun. Pemicunya adalah permintaan sejumlah mahasiswa beliau yang mendesak agar menuliskan hal-hal baru pasca kerusuhan Mei 1998. Penyebabnya tak lain dikarenaka para mahasiswanya itu tidak lagi sanggup membeli buku-buku terbitan luar negeri yang mahal harganya. Saat itu nilai dolar melambung tinggi tak terkendali.
Ketika itu belum ada internet seperti sekarang. Untuk mendapatkan ide menulis, beliau seringkali datang ke perpustakaan, mencari buku-buku bahasa Inggris yang berisi ilmu mengenai IT, dan membacanya. Tiap kali menemukan satu gambar yang menarik, beliau ringkas isinya, dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Biasanya setiap satu artikel beliau menjelaskan mengenai satu gambar diagram dalam 3-5 halaman.
Setelah kurang lebih tiga bulan, tak terasa tulisan beliau sudah mencapai 50 diagram atau 50 artikel. Lalu secara iseng, beliau merangkumnya menjadi satu buku bunga rampai (campuran artikel seputar IT), dan mengirimkannya ke Gramedia. Beliau sangat terkejut ketika ternyata buku beliau tulis diborong banyak orang (terutama mahasiswaa). Bahkan, sampai dicetak ulang 3 kali dalam setahun. Setelah peristiwa itu, menulis menjadi hobby dan beliau terus ketagihan.
Bagi Pengurus PB PGRI ini, peristiwa menarik justru terjadi setelah menulis. Begitu banyak panggilan dari sana sini untuk mengisi seminar. Cita-cita beliau semenjak kecil untuk dapat keliling Indonesia gratis pun tercapai. Beliau mulai kerap mengisi berbagai seminar di sejumlah kota-kota di Indonesia. Akhirnya semenjak tahun 2000, beliau konsisten menulis buku. Tak kurang dari 3 buku dalam setahun pasti ada yang diterbitkan.
Setelah buku Prof Eko diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo, beliau mencoba penerbit lain untuk memuplikasikan buku-bukunya. Ternyata Penerbit ANDI Yogyakarta tertarik pula untuk menerbitkannya. Buku beliau yang berjudul E-Government (Penerbit ANDI Yogyakarta), menjadi salah satu yang sangat populer hingga saat ini. Karena ketika itu, belum banyak buku referensi yang membicarakannya, padahal di Indonesia isu terkait E-Government sedang hangat-hangatnya. Pada saat itu, internet belum semaju sekarang, sehingga beliau harus mencari sumber bacaan dari sana sini.
Ada satu peristiwa masa lalu yang menginspirasi Prof. Eko untuk menyusun buku bersama dengan guru-guru hebat selama masa pandemi ini. Yaitu, beliau ketika itu menjadi asesor bagi Universitas Ahmad Dahlan UAD Yogyakarta dan diminta untuk mewawancarai mahasiswa UAD. Kemudian beliau bertemu dengan Sdr. Ardiansyah, seorang mahasiswa yang pintar dan kritis. Pada saat itu, Ardiansyah dan teman-teman sedang ketagihan menjadi praktisi open source, yaitu software-software gratis yang berkembang sebagai bentuk "protes" dari komunitas programmer dunia atas dominasi Microsoft yang harus berbayar mahal.
Sdr. Ardiansyah bercerita bahwa dia memiliki teman sekitar 20 orang yang masing-masing ahli di satu software open source karena sering menggunakannya. Mereka beranggapan bahwa apabila seluruh Indonesia tahu mengenai fenomena software gratis ini, akan majulah negara kita.
Mendengar itu, timbulah gagasan Prof. Eko bersama saudara Ardiansyah dan rekan-rekannya untuk berkumpul di sebuah warung dekat Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Kesepakatan pun tercetus untuk membuat sebuah "ide gila". Beliau minta masing-masing mereka menulis satu buku sesuai dengan keahlian mereka. Kemudian memberikannya kepada beliau untuk diedit, dan meminta sebuah perusahaan untuk mempublikasikannya.
Pada saat itu Prof Eko berperan sebagai penulis kedua. Beliau mengedit dan menyarankan tata struktur isinya. Dan betapa terkejutnya beliau saat seluruh buku (kurang lebih 25 buah) disepakati untuk diterbitkan. Anak-anak UAD yang ketika itu mahasiswa terkejut juga. dunia persilatan heboh. Rektor UAD saat itu pun kaget campur bahagia mendengar para mahasiswanya berhasil menerbitkan buku bersama beliau. Inilah kumpulan buku yang dimaksud di masa itu, yang ditulis bersama para mahasiswa.
Setelah itu, Prof Richard pun semakin ketagihan menulis karena manfaatnya begitu besar bagi masyarakat. Selain Elexmedia Komputindo dan Penerbit ANDI, beliau pun mulai merambah ke penerbit lain, seperti Grasindo, dan yang lainnya. Perkenalan beliau dengan crew Penerbit ANDI Yogyakarta mulai intens terjadi melalui acara bedah buku yang berjudul E-Business. Di situ beliau belajar banyak dari mereka bagaimana caranya membuat buku yang laku di pasaran. Pada saat itulah beliau 'berguru' kepada dengan Penerbit ANDI untuk tulisan-tulisan berikutnya.
Di saat ayah Prof. Eko pensiun, beliau ingin sekali mendarmabaktikan pengalamannya bekerja sebagai ahli logistik dengan cara menerbitkan buku. Akhirnya bersama sang ayah, beliau berduet menyusun buku. Lahirlah buku-buku fenomenal terbitan berbagai penerbit mayor seperti: supply chain management, manajemen persediaan, manajemen outsourcing, manajemen e-procurement, dan business process reengineering. Kecintaan sang ayah dan anak akan dunia perguruan tinggi tersebut melahirkan dua buku, yaitu: Manajemen Perguruan Tinggi Modern dan Welath Management bagi Perguruan Tinggi di Indonesia.
Berkaitan dengan tantangan menulis buku mayor dalam dua minggu, Prof. Eko melanjutkan sharing motivasinya. Peristiwa baru lagi muncul di saat awal terjadinya wabah Pandemi Covid-19. Seluruh dunia terguncang dan mengalami gonjang-ganjing, terlebih lagi di bidang pendidikan, dimana saat pandemi terjadi seluruh satuan pendidikan diminta untuk melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Isu seputar pelaksanaan PJJ tidaklah mudah. Karena membutuhkan banyak sekali pengetahuan dan keterampilan terkait dengannya. Guru-guru pun dibuat bingung dengan kebijakan “mendadak PJJ” ini. Mereka diminta melakukannya, tanpa dilatih terlebih dahulu karena situasi yang serba darurat.
Maka pada tanggal 20 Maret 2020, di hari kelima PJJ, Prof. Eko memutuskan menjadi seorang Youtuber. Semua ilmu yang milikinya terkait dengan PJJ, dari hasil riset dan studi beliau di Universitas Negeri Jakarta, beliau sampaikan kepada seluruh masyarakat pendidikan melalui EKOJI CHANNEL. Secara berkala, SETIAP HARI, Prof. Eko membahas satu isu seputar pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan. EKOJI CHANNEL pun mulai di-subscribe komunitas guru dan dosen di Indonesia. Saat ini, sudah terupload ratusan judul-judul menarik terkait dengan pendidikan modern yang dapat dinikmati melalui kanal youtube ini.
Pada saat itulah ide mengajak guru gemar menulis menyeruak. Beliau diminta Om Jay untuk sharing dengan guru-guru se-Indonesia mengenai cara menumbuhkan kegemaran menulis. Lantas, beliau diminta untuk mengajar online melalui WA Group BM kerjasama dengan PB PGRI. Entah bagaimana, ketika sedang mengajar, inisiatif masa lalu saat membantu mahasiswa UAD kala itu timbul kembali. Hal ini akibat banyaknya guru yang menanyakan bagaimana cara memulai menulis dan tema apa yang sebaiknya ditulis. Pada akhirnya beliau memberikan challenge menulis buku mayor dalam 2 minggu. Peran beliau menjadi penulis kedua sebagaimana selalu beliau tawarkan di kelas BM hingga saat ini.
Menepis Anggapan Sulit Menulis Buku Mayor
Bagi sebagian besar penulis pemula memang kedengarannya seperti pepatah, “Bagai pungguk merindukan bulan”. Adalah sesuatu yang sulit dicapai dan mustahil untuk dapat menulis buku mayor dalam waktu dua minggu. Namun, anggapan ini terlontar barangkali karena adanya asumsi yang salah. Bahwa mungkin dengan berbagai alasan kita belum mencoba sehingga terlihat benar benar sulit untuk mewujudkannya.
Fakta yang sungguh-sungguh terjadi (SST) ternyata melalui kelas BM ini sudah banyak bukti yang menegasikan asumsi tersebut. Pengalaman nyata dari bu Aam, sang moderator, adalah menjadi contoh konkritnya. Bu Aam malah jadi saksi dan pelaku sejarahnya. Di dalam testimoninya saat menjadi narsum KulWa kelas BM pekan lalu, bu Aam dan para peserta lainnya ditantang untuk menulis dalam waktu 1 minggu. Dan, nyatanya beliau sukses dan berhasil menerbitkan buku duet bersama Prof. Ekoji. MasyaAllah, it’s amazing!!
Semua orang pasti bisa menulis, dan ini bukan sekedar isapan jempol!!! Bahkan, kini para penulis semakin dimudahkan karena tinggal membuka laptop atau gawai. Kita bisa mengetik tulisan sesuka hati. Namun tentunya harus dilandasi dengan teori yang mapan. Kemudian tulisan kita itu disebarkan dan dipasarkan secara lebih mudah. Kalau kita senang ngobrol, berarti kita punya bakat menulis, karena yang kita obrolkan pasti bisa jadi bahan tulisan. Jika kita suka berpikir, berarti kita bisa menulis, tuliskan saja apa yang kita pikirkan.
Intinya, mulai praktikkan menulis setiap hari, niscaya akan mudah merangkai kata. Jika pun memiliki kendala untuk menulis setiap hari, setidaknya dengan mengikuti pelatihan BM ini kita dituntut menulis. Meski dua hari sekali kita membuat tulisan (berupa resume) setelah menerima materi dari narsum.
Dikutip dari artikel Bagaimana Cara Menulis Buku: Sebuah Panduan Serius Untuk Penulis Pemula di laman penulisgunung.id, seorang penulis profesional bisa menulis hingga 4.000 kata setiap hari atau bahkan lebih. Disiplin menulis setiap hari secara konsisten itu adalah kuncinya. Namun hal itu membutuhkan tekad dan komitmen yang serius. Tidak setiap orang mampu melakukannya.
Untuk menyiasatinya, kita bisa melakukan hal ini secara bertahap. Misalnya dengan menetapkan target penulisan setiap hari dalam jumlah tertentu. Untuk penulis pemula, jumlah 300 hingga 500 kata itu sudah cukup mengesankan jika konsisten dilakukan setiap hari. Dengan pengalaman dan jam terbang, satu hari 4.000 atau 5.000 kata tidak akan menjadi masalah lagi.
Agar bisa menulis memang tidak harus rajin membaca. Tapi jika ingin tulisan berkualitas, maka membaca adalah keniscayaan. Kita dapat menumbuhkan minat baca dengan menulis. Patut dicerna dan diresapi dalam hati bahwa orang yang hobi membaca belum tentu ia hobi menulis. Namun seseorang yang gemar menulis, suka tau tidak suka, dapat dipastikan ia juga hobi membaca.
Kiat Praktis Menerbitkan Buku Mayor
"Saya berikan tantangan ketika itu sebagai berikut. Setiap guru yang memiliki cita-cita untuk menjadi penulis buku mayor, saya minta untuk mendaftarkan diri. Saya menjanjikan mereka bisa membuat draft bukunya dalam waktu 2 minggu." (Prof. Ekoji)
Kelima langkah inilah yang Prof. Eko minta untuk dilakukan dalam waktu 2-4 minggu. Apapun hasilnya beliau minta disetorkan di akhir bulan. Setelah jadi bukunya (biasanya beliau minta minmal 100 halaman), beliau akan menyerahkan draft tersebut ke Penerbit ANDI Yogyakarta sebagai mitra PGRI dan EKOJI CHANNEL ACADEMY. Dari situ penerbit mayor akan membacanya dan menelaahnya.
Selanjutnya, sekitar 1-2 bulan kemudian biasanya, rombongan guru-guru yang menulis tersebut akan mendapatkan pengumuman terkait dengan SIAPA SAJA YANG BUKUNYA DIPUTUSKAN UNTUK DITERBITKAN dengan revisi minor, atau dengan revisi mayor. Juga keputusan terkait dengan apakah akan diterbitkan dalam bentuk publikasi fisik atau elektronik (keduanya sama-sama prestis). Alhasil, hingga hari ini telah berhasil diterbitkan 39 buku di seluruh wilayah Indonesia, dan sejumlah draft sedang ditelaah oleh penerbit.
Terapkan Deadline Menulismu!
Go..go..go.
BalasHapusSelalu mengalir spt air, tenang dan menghanyutkan pembaca.
Hehehe..Terima kasih bu Rina. Semangatt terus berkarya dan menginspirasi dunia
HapusMaju terus, mantep Pak
BalasHapusTerima kasih bu Menik atas support nya
HapusWaah keren ini pemaparannya beda sendiri
BalasHapusMencoba memberikan narasi yang khas sesuai karakter...hehe
HapusIndah sekali goresan penanya , mantab, ada ciri khas sendiri
BalasHapusTerima kasih bu Nunung..
HapusMasih terus belajar make your own writing
Narasi yang bikin asyik, bernutrisi dan sistematis...bikin nagih.
BalasHapusTerima kasih bu Susi atas support nya
HapusPemaparan dari ringkasan bapak sangat bagus. Susunan kalimat nya selalu enak di baca. Kaya informasi.. Semangat melibas februari romantis pak
BalasHapusAamiienn Yaa Allahh..
HapusTerima kasih support nya mbak Novi ..